Portalgenz.com – Kuliner apa yang pertamakali terbesit di pikiran sobatgenz jika mendengar kata perayaan penting? Rata-rata pasti akan langsung memikirkan nasi tumpeng kan?
Yap, nasi tumpeng sejak dulu sudah sangat identik dengan perayaan penting, mulai dari perayaan 17 agustus, perayaan adat, hingga acara syukuran. Tradisi menghidangkan nasi tumpeng di berbagai perayaan seakan sudah menjadi tradisi lama yang sudah dilakukan secara turun temurun. Rasanya seperti belum afdol jika belum ada nasi tumpeng dan prosesi pemotongan tumpeng ketika ada suatu perayaan.
Nasi tumpeng adalah nasi kuning yang dihidangkan dengan berbagai lauk-pauk, yang diletakkan mengelilingi nasi yang disajikan dalam bentuk kerucut. Biasanya tumpeng disajikan diatas wadah bundar dari anyaman bambu bernama tampah yang dialasi daun pisang.
Meski sudah tidak asing dengan tumpeng, sobatgenz sudah tahu fakta-fakta menarik seputar tumpeng belum? Kalau belum, jangan cuma makannya aja yang semangat, tapi disimak juga kumpulan fakta seputar tumpeng yang telah dirangkum dibawah ini!
1. Asal-Usul Tumpeng
Secara etimologi, tumpeng masih belum diketahui secara asal kemunculannya. Tetapi ada yang berpendapat bahwa tumpeng berasal dari tradisi purba untuk memuliakan gunung sebagai tempat bersemayamnya Dewa dan arwah para leluhur.
Asal nama Tumpeng pun juga masih belum diketahui secara pasti. Tetapi beberapa pendapat mengatakan bahwa nama tumpeng merupakan akronim dari kalimat Jawa “Yen Metu Kudu Mempeng”. Kalimat ini memiliki arti “pastikan untuk memberikan semua yang anda bisa saat anda keluar”.
2. Filosofi Tumpeng
Seperti yang sudah jelas terlihat bahwa keunikan utama dari tumpeng terdapat dari bentuknya yang berbentuk kerucut. Ternyata bentuk kerucut dari kuliner bercitarasa gurih ini ada beberapa filosofinya lho!
Selaras dengan pendapat mengenai asal-usul tumpeng, filosofi bentuk kerucut menggambarkan tradisi lama masyarakat yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayamnya Dewa dan arwah nenek moyang. Masyarakat merepresentasikan tumpeng sebagai Gunung Mahameru yang dipercaya sebagai tempat tinggal para Dewa.
Tak hanya itu, bentuk kerucut juga diartikan sebagai konsep Ketuhanan dengan sesuatu yang besar, tinggi, dan berada di puncak. Bentuk kerucut yang semakin menjulang keatas juga menyimbolkan harapan agar tingkat kehidupan manusia semakin tinggi atau sejahtera.
Filosofi lainnya dari bentuk kerucut tumpeng berasal dari gambaran kondisi geografis di Indonesia yang terdiri dari banyak gunung berapi.
Tak hanya bentuknya, warna kuning dari nasi tumpeng ternyata juga memiliki filosofinya tersendiri lho! Warna kuning melambangkan kekayaan dan moral yang luhur. Selain itu warna kuning juga sering dikaitkan dengan kegembiraan. Maka tak heran jika tumpeng sering disajikan pada saat acara perayaan penting.
3. Filosofi Tumpeng Pada Hari Kemerdekaan Indonesia
Salah satu acara spesial yang wajib menghidangkan tumpeng adalah pada saat 17 Agustus. Belum afdol rasanya jika belum menghidangkan nasi tumpeng sembari melaksanakan seremoni potong tumpeng ditengah perayaan 17 Agustus. Kira-kira, ada makna dibalik itu semua gak ya?
Tumpeng sebagai elemen penting dalam perayaan Kemerdekaan Indonesia ternyata memiliki makna bahwa masyarakat Indonesia bersyukur atas kemerdekaan yang saat ini sudah bisa dinikmati.
Selain itu, tumpeng dalam perayaan 17 Agustus juga melambangkan simbol permohonan agar Indonesia selalu dalam keadaan aman, sentosa, sejahtera, serta dijauhkan dari marabahaya. Mirip dengan filosofi utama dari tumpeng itu sendiri, bahwa tumpeng direpresentasikan sebagai konsep Ketuhanan.
4. Aneka Lauk-Pauk Tumpeng
Selain bentuknya yang unik, keunikan lainnya dari tumpeng terlihat dari banyaknya lauk-pauk yang mengelilingi nasi kuning. Secara tradisional, lauk-pauk yang dihidangkan untuk nasi tumpeng harus terdiri dari hewan darat dan hewan laut lho!
Biasanya lauk yang berasal dari hewan darat berbahan utama daging ayam atau daging sapi, sedangkan lauk dari hewan laut biasanya terdiri dari ikan bandeng, ikan teri, atau ikan lele.
Tak hanya lauk berbahan dasar hewan, tumpeng juga biasanya terdiri dari sayur-mayur yang disajikan dalam bentuk urap dan potongan timun. Terkadang tumpeng juga memiliki jenis lauk-pauk lainnya seperti telur bacem dan sambal goreng ati.
5. Jenis-Jenis Tumpeng
Secara sekilas mungkin semua tumpeng terlihat sama saja. Padahal beda acara, tumpeng yang disajikan juga beda jenisnya lho. Setidaknya terdapat 7 jenis tumpeng sesuai dengan acara perayaan yang diselenggarakan. Sobatgenz mau tahu apa saja jenis-jenisnya? Simak ulasannya dibawah ini ya!
• Tumpeng Robyong: Tumpeng yang disajikan pada saat acara siraman di acara pernikahan adat Jawa.
• Tumpeng Putih: Tumpeng yang disajikan untuk perayaan acara sakral.
• Tumpeng Nujuh Bulan: Tumpeng yang disajikan pada acara syukuran hamil 7 bulanan.
• Tumpeng Pungkur: Tumpeng yang disajikan pada saat acara kematian seorang pria atau wanita yang masih lajang.
• Tumpeng Nasi Uduk: Tumpeng yang disajikan pada saat perayaan Maulid Nabi.
• Tumpeng Nasi Kuning: Tumpeng yang disajikan pada saat acara perayaan ataupun syukuran, seperti ulang tahun, kelahiran, pernikahan, hari kemerdekaan, dll.
• Tumpeng Seremonial / Modifikasi: Seiring perkembangan zaman, tumpeng kerap kali dimodifikasi agar menyesuaikan seremonial yang diselenggarakan. Bahkan tumpeng terkadang dirubah bentuknya menjadi bentuk yang lebih unik.
6. Kesalahan yang Kerap Terjadi Saat Prosesi Potong Tumpeng
Selama ini banyak yang mengira bahwa cara mengonsumsi tumpeng adalah dengan memotong puncaknya terlebih dahulu, kemudian diberikan kepada orang yang paling dihormati atau disayangi. Bahkan prosesi memotong tumpeng kerap kali dijadikan acara puncak dari sebuah perayaan.
Tapi ternyata sebenarnya cara tersebut salah besar, bahkan melenceng dari filosofi tumpeng itu sendiri lho! Mengapa begitu ya?
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kalau tumpeng merepresentasikan konsep Ketuhanan, dengan satu bulir nasi di puncak yang melambangkan Tuhan yang Maha Esa. Makin ke bawah adalah representasi umat dengan berbagai tingkat kelakuannya. Makin banyak dan makin ke bawah adalah umat yang kelakuannya tidak begitu baik, begitupun sebaliknya.
Karena filosofi ini, memotong tumpeng dari puncaknya menyalahi filosofi tumpeng yang merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan. Memotong tumpeng dari puncaknya justru melambangkan memotong hubungan umat dengan Tuhan.
Pasti sobatgenz bertanya-tanya, seperti apa cara makan dan memotong tumpeng yang benar?
Nah, caranya adalah dengan bersama-sama mengambil nasi dan lauk-pauk tumpeng dari bagian bawah terlebih dahulu. Kemudian puncaknya akan terus turun sampai akhirnya puncak tersebut menjadi satu dengan dasarnya. Cara makan tumpeng ini memiliki makna “Manunggaling kawulo Ian Gusti”, yang jika diartikan dari bahasa Jawa berarti Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk.
Itu dia rangkuman fakta-fakta menarik seputar tumpeng yang wajib sobatgenz ketahui. Ternyata dibalik citarasanya yang gurih dan lezat, tersimpan beberapa fakta yang masih belum banyak diketahui masyarakat ya? Sobatgenz paling kaget dengan fakta soal tumpeng nomor berapa nih? Jangan lupa tuliskan pendapatmu di kolom komentar ya!